post image
KOMENTAR
Menjelang malam debat kedua kandidat presiden antara Barack Obama dan Mitt Romney, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengeluarkan per­nya­taan mengejutkan mengenai serangan di Konsulat  AS di Benghazi, Libya. Hillary membela Obama. Dia siap pasang badan atas insiden yang menewaskan Duta Besar AS Christopher Stevens.

Menurut Clinton, dialah yang bertanggung jawab atas serangan di Gedung Konsulat AS di Libya. Pasalnya, keamanan lebih dari 60 ribu diplomat AS di seluruh dunia merupakan tanggung jawab di­rinya, bukan Gedung Putih yang gen­car panen kritikan setelah in­siden di Libya, 11 September lalu.

“Presiden dan Wapres tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai masalah keamanan dan pengambilan keputusan ke­a­manan di perwakilan-perwakilan AS di seluruh dunia. Yang ber­tanggung jawab adalah saya,” ujar Clinton saat berkunjung ke Lima, Peru, Senin (15/10).

“Keputusan mengenai ke­a­manan dibuat oleh para pro­fesional keamanan. Tapi kita akan meninjau segalanya untuk me­mastikan bahwa kita melakukan apa yang perlu dilakukan ketika terjadi peningkatan risiko ke­ama­nan,” tandas bekas ibu negara ini.

Pemerintahan Obama dikecam setelah serangan kekerasan yang menewaskan Dubes Stevens dan tiga orang lainnya di Konsulat AS. Gedung Putih dicecar setelah Wakil Presiden Joe Biden meng­aku tidak tahu soal adanya  per­mintaan peningkatan keama­nan di Konsulat Benghazi.

Isu serangan berdarah di Libya kemungkinan menjadi topik panas dalam debat kedua pada 16 Oktober waktu AS atau 17 Ok­tober WIB, terkait kebijakan luar negeri dan penanganan pe­me­rintah atas insiden itu. Romney pernah mengatakan, serangan itu sebagai gejala kegagalan ke­bijakan luar negeri Obama.

“Saya ingin menghindari se­ma­cam blunder politik,” imbuh Clinton.

Gedung Putih telah mendapat tekanan berat dari Partai Re­publik atas serangkaian serangan karena kemarahan umat Islam di seluruh dunia atas beredarnya film Innocence om Muslims yang mengejek Islam.

Dalam dengar pendapat kong­res pekan lalu, pihak Departemen Luar Negeri kabarnya menge­tahui adanya permintaan pe­ningkatan keamanan di Beng­hazi pada 11 September, namun Deplu menolaknya.

Clinton menegaskan, pe­me­rintah AS saat ini tengah mela­kukan penyelidikan soal pe­nyer­buan Konsulat Jenderal AS di Benghazi. Dia kini membentuk tiga penyelidikan terpisah untuk me­nye­lidiki serangan tersebut. Yakni penyelidikan FBI me­nge­nai ke­ma­tian empat warga Ame­rika, pe­nye­lidikan independen oleh sebuah panel yang ditunjuk oleh Clinton dan dengar pen­dapat kongres.

“Dalam serangan seperti ini, selalu ada kebingungan. Dan saya pikir benar-benar adil untuk mengatakan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang sama. Setiap orang berbicara mencoba untuk memberikan informasi yang mereka miliki. Seiring berjalannya waktu, informasi terus berubah. Kami telah men­dapat lebih detail, tapi itu selalu terjadi,” tandasnya.

Tiga senator Republik me­nga­takan pernyataan Clinton tersebut merupakan sikap terpuji, namun mereka tetap menempatkan tang­gung jawab atas serangan di Beng­hazi kepada Oba­ma dan tim keamanan nasionalnya.

“Jika presiden benar-benar tidak menyadari mengenai me­ning­katnya ancaman keamanan di Benghazi, maka kita telah kehi­langan kepercayaan dalam tim ke­amanan nasionalnya,” kata senator John McCain dari Ari­zona, Lind­sey Graham dari South Carolina dan Kelly Ayotte dari New Hamp­shire dalam per­nyataan bersama, Se­nin malam (15/10).

“Te­tapi jika Presiden menyadari se­rangan-serangan sebelum di Beng­hazi pada 11 September, maka ia me­mikul tanggung jawab penuh atas kegagalan keamanan yang terjadi,” pungkasnya. [Harian Rakyat Merdeka]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa