MBC. Keuangan Pertamina terbatas. Jika seluruhnya dialokasikan untuk pengelolaan Blok mahakam, maka bisa dipastikan ratusan proyek Pertamina lainnya akan terbengkalai. Itu salah satu alasan yang membuat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik lebih memilih menyerahkan hak kelola blok yang terletak di Kalimantan Timur itu ke perusahaan asing seperti Total dari Perancis dan Inpex dari Jepang.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (Irres), Marwan Batubara, alasan itu hanyalah akal-akalan Menteri Jero.
"Jero mestinya paham, keterbatasan keuangan di tangan, cash on hand, bukan masalah, sepanjang Pertamina memiliki underlying asset. Underlying asset ini bisa menjamin kucuran kredit perbankan atau lembaga keuangan. Apalagi hal ini didukung oleh pemerintah," sambungnya dalam keterangan yang diterima Rakyat Merdeka Online, malam ini (Jumat, 12/10).
Menteri Jero pun diminta Marwan mencontoh negara lain dalam kepemilikan cadangan minyak nasional.
"Dari empat miliar barel cadangan minyak nasional, Pertamina hanya memiliki 500 juta barel. Bandingkan dengan Malaysia yang penduduknya 20 juta jiwa tapi aset cadangan minyak Petronas delapan miliar barel. Lalu Arab saudi yang berpenduduk 22 juta jiwa tapi Aramco Saudi Arabia memiliki aset cadangan minyak sebesar 265 miliar barel. Lalu ada Venezuela yang penduduknya 6 juta jiwa namun memiliki aset cadangan minyak sebesar 296 miliar barel," jelasnya.
Semua pemerintah negara tersebut mendukung BUMN-nya menguasai cadangan minyak nasional. Lalu kenapa Menteri Jero jadi kerdil damn tega merendahkan kemampuan bangsanya sendiri?
"Pertamina adalah perusahaan minyak tertua di dunia dan membuktikan kemampuannya dalam mengoperasikan kilang LNG kelas dunia seperti Arun dan Badak. Dan sudah sepantasnya pemerintah memberikan hak kelola kepada Pertamina untuk mengurus Blok Mahakam," demikian Marwan. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA