Beberapa hari terakhir, Anas Urbaningrum tak muncul di depan publik. Ketua umum Demokrat ini dikabarkan sakit parah, bahkan ada yang bilang dia sempat berobat ke Singapura. Namun, saat Rakyat Merdeka Online berkunjung ke rumahnya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Anas nampak bugar.
Tadi pagi, Rakyat Merdeka Online mendapat jamuan saparan pagi di kediamannya. Mengenakan kemeja berbahan songket, Anas nampak segar. Tidak ada tanda-tanda dia habis sakit parah. Dengan hangat dia menyapa, “Gimana kabarnya?”
Tanpa bicara panjang, Anas langsung mengajak ke meja makan. Di sana sudah ada beberapa menu. Ada tahu dan terong penyet, gorengan tempe, sayur bayam, ikan kakap sayur kuning, ayam goreng, dan kerupuk udang. “Ayo mainkan!” ujarnya mempersilakan. Istri Anas, Athiyah Laila tidak menemani. “Saya sudah tadi,” katanya mondar-mandir dapur-meja makan untuk menyiapkan menu yang tersisa.
Anas memilih makan dengan tangan langsung, tidak menggunakan sendok dan garpu. Menu yang pertama diambil adalah tahu penyet dan gorengan tempe. “Tahu dan tempe menu wajib di sini. Yang lain hanya sampingan,” ceritanya.
Sambil makan, dia cerita kenapa beberapa terakhir tidak muncul tidak muncul ke publik. Anas mengaku terkena flu dan batuk ringan. Sebenarnya, dia masih bisa aktivitas seperti biasa di luar, tapi dia memilih tinggal di rumah selama seminggu penuh sampai flu dan batuknya sembuh. “Takut nularin ke orang lain,” ucapnya, sambil tersenyum.
Sejak jadi ketua umum Demokrat, kata Anas, jadwalnya sangat padat. Tiap minggu selalu saja ada undangan dari daerah. Dia tidak mau menolak. Kalau ada waktu, dia selalu menenuhi undangan itu. Padatnya agenda inilah yang membuat terkena flu dan batuk.
Anas makan begitu lahap. Saat piringnya kosong, dia tidak canggung nambah. Usai makan, Anas masih menggado gorengan tahu sampai tiga potong. “Tempe ini makanan favorit saja sejak kecil. Di kampung saja kan yang ada hanya ini, tahu tempe,” katanya sambil melahap gorengan tempe di tangan.
Usai makan, Anas menuju ruang tamu. Di sana Wasekjen Demokrat Saan Mustopa; sekretaris pribadi Anas, Tomo; dan tim televisi swasta yang mau wawancara khusus sudah menunggu. Tidak lama, Athiyah nimbrung. Di sini Anas melanjutkan cerita. Mulai dari masalah politik, kesehatan, sampai masalah isu hukum yang melilitnya. Yang lain hanya mendengarkan.
Sebelum jadi ketua umum, ujarnya, dia selalu jaga kesehatan dengan olahraga. Bulu tangkis jadi favoritanya. Dalam seminggu, dia dua kali main. Namun sekarang, sudah tidak sempat. Sebagai gantinya, dia memilih untuk pijat refleksi. “Seminggu sekali saya dipijat,” ujarnya.
Anas punya tukang pijat khusus. “Namanya Pak Mul. Dia datang ke rumah,” cetus Athiyah. Saat dipijat, Anas sering meringis-ringis. Tapi sesudahnya langsung bugar. “Jadi lebih segar,” ucap Anas.
Soal politik, Anas sadar dirinya kini banyak dapat serangan. Namun, kata dia, serangan itu belum ada apa-apanya. Dia pun tidak mau terlalu pusing menghadapinya. “Ini bagian dari ujian dan tantangan. Itu episode yang harus dilewati. Tidak perlu menangis dan grogi menanggapinya,” tuturnya.
Daripada menanggapi berlebihan, Anas memilih konsentrasi kerja. Bagi dia, setiap hari adalah pertarungan. Makanya, dia harus siap dan sigap agar bisa menghadapi pertarungan itu.
Meski sadar dunia politik sangat kejam, Anas tidak mau menghalangi anak-anaknya jika kelak mengikuti jejaknya jadi politisi. Kata dia, jadi apapun nanti anak-anaknya, dia akan mendukung penuh. “Apakah mau jadi politisi, akademisi, aktivis, ustad, atau wartawan, silakan. Nggak akan dihalang-halangi,” imbuhnya.
Tim dari televisi swasta sempat menyingung hubungan Anas dengan Nazaruddin. Anas menjawab dengan tenang. Anas bilang, dirinya kenal dan dekat dengan Nazar saat jadi ketua umum. Meski sekarang sering dipojok dan dituduh Nazar, Anas tidak dendam. Dia malah memilih mendoakan Nazar agar lebih baik. “Setiap habis solat, saya mendoakan yang terbaik untuk semua, baik bagi yang merasa bersahabat dengan saya, maupun dengan yang kurang bersahabat dengan saya.”
Bagi Anas, segala tuduhan yang ditujukan ke dirinya adalah bagian dari skenario untuk menghacurna nama baiknya. Dia yakin aparat hukum tidak termakan tuduhan itu. “Aparat hukum pasti tahu mana yang faktual dan mana yang tidak faktual,” imbuhnya.
Sekitar jam 12.00 WIB, Anas menerima rombongan tahu dalam komunitas pelukis muda. Kedatangan mereka untuk diskusi soal kegiatan sosial. Anas menerima sendiri. Istrinya memilih untuk member makan ikan koi kesayangannya di depan rumah. “Itu namanya Si Panjul,” kata Athiyah sambil menunjuk ke koi putih yang paling besar.
Sekitar jam 13.00 WIB, semua tamu pulang. Rakyat Merdeka Online ikut pamit. “Terima kasih banyak ya,” ucap Anas sambil mengatar sampai depan pintu. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA