MBC. Mundurnya musim hujan di Jawa Tengah memicu bertambah parahnya krisis air bersih di beberapa desa wilaayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Sohibun, warga Grumbul Cibriluk Desa Cinangsi Kecamatan Gandrungmangu mengatakan air bersih hanya bisa diambil dengan cara mengantri di sumur bor umum yang dibangun di desa ini. Padahal, puluhan keluarga juga sama-sama membutuhkan sehingga antrian bisa terjadi dari pagi hingga malam hari.
"Soalnya yang lain juga membutuhkan. Selain itu antrian juga disebabkan aktifitas Mandi Cuci Kakus (MCK) yang dilakukan di sumur umum ini," ujarnya, Kamis (11/10).
Sohibun mengungkapkan dua pekan lalu sumurnya belum mengering. Namun seiring kemarau debit airnya dengan cepat turun dan akhirnya tidak bisa dimanfaatkan sebagai air minum.
"Ada sedikit bau lumpur dan ada sedikit rasa tanah," jelasnya.
Sementara, berdasar keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, musim hujan di wilayah Jawa Tengah bagian selatan dipastikan mundur setelah pada dasarian pertama Oktober ini tidak kunjung datang hujan.
Mundurnya musim hujan dipengaruhi oleh beberapa badai yang muncul akhir-akhir ini. Badai tersebut adalah Badai Selawat di Samudera Pasifik Utara Filipina dan Badai Efiniar di timur laut Filipina.
Kemudian setelah dua badai hilang muncul lagi dua badai lainnya, yakni Badai Gaemi di Laut China Selatan dan Badai Maliksi di Samudera Pasifik Timur Laut Filipina.
Terakhir, muncul Badai Prabiroon dua hari lalu di Samudra Pasifik timur laut Filipina. Awan hujan yang terbentuk tertiup ke pusat badai sehingga mempengaruhi awal musim hujan. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA