post image
KOMENTAR
Sejumlah warga di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri,  Jawa Timur, mengeluhkan beras miskin (raskin) yang mereka terima karena bercampur dengan batu kerikil, sehingga tidak layak konsumsi.

Endang Mustikasari (29), salah seorang warga penerima raskin mengaku sempat kaget saat menerima raskin itu. Awalnya, ia tidak melihat ada yang aneh saat menerima raskin, namun saat akan dibersihkan untuk dimasak, ternyata banyak ditemukan batu kerikil.

"Warna batunya putih, sehingga sulit dibedakan dengan beras. Suami saya sekarang bahkan tidak mau saya memasak beras itu," katanya di rumahnya di Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Selasa (9/10).

Ia mengatakan, raskin itu ia terima pada 11 September lalu, padahal raskin sebelumnya yang ia terima kondisinya cukup bagus dan bisa dikonsumsi, walaupun dari segi warna, raskin itu agak cokelat dan kekuning-kuningan.

Ibu dua anak itu juga resah jika raskin yang ia terima nantinya juga sama buruk kualitasnya. Di lingkungannya ada sekitar enam tetangganya yang mendapat jatah raskin. Hampir semua tetanggnya juga mengeluhkan hal yang sama. Warna raskin terlihat cokelat kekuningan.

Saat ini, ia sengaja tidak memasak beras tersebut, walaupun terpaksa harus membeli beras dengan harga cukup mahal, sampai sekitar Rp7.000 per kilogram, jauh dibandingkan dengan harga beras raskin yang Rp2.000 per kilogram.

Ia berharap, beras yang diberikan untuk masyarakat lebih baik lagi. Walaupun mereka kurang mampu, pemerintah diharapkan juga peduli dengan memberikan beras yang layak konsumsi untuk mereka.

"Kami berharap, nantinya raskin yang kami terima tidak seperti ini lagi," katanya berharap.

Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Kediri, Agus Dwi Indarto mengaku belum menerima laporan tentang beras raskin yang diketahui kualitasnya buruk tersebut. Pihaknya berjanji segera menindaklanjuti jika ada laporan.

"Kami meminta agar perangkat atau warga segera lapor ke Bulog atau langsung ke petugas dan akan kami ganti," katanya.

Pihaknya membantah sengaja memberikan beras dengan kualitas buruk pada warga. Selama ini, pengawasan untuk kualitas selalu dijaga dengan menempatkan petugas pemeriksa kualitas.

Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan di penggilingan sebelum dibawa ke gudang milik Bulog.

Namun, ia mengakui ada potensi beras yang tidak bagus, mengingat jumlah serapan Bulog Kediri cukup besar mencapai 72 ribu ton. Seluruh beras itu disimpan dalam karung ukuran 15 kilogram di gudang milik Bulog Subdivre Kediri.

"Jumlah serapan kami cukup besar sampai 72 ribu ton. Dimungkinkan ada yang kurang baik, namun kami selalu melakukan pemeriksaan termasuk saat proses gilingnya," ungkapnya.

Di wilayah Bulog Kediri, jumlah warga di tiga daerah di bawah Bulog Kediri yaitu Kabupaten/Kota Kediri, dan Kabupaten Nganjuk mencapai 253.526 RTS-PM naik daripada sebelumnya yang hanya 217.293 RTS-PM.

Dengan pagu yang naik itu, juga berpengaruh dengan pengeluaran raskin, di mana jika sebelumnya hanya mengeluarkan 3.200 ton beras per bulan, naik menjadi 3.800 ton per bulan.[ant/hta]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi