post image
KOMENTAR
Sebanyak 193 warga Syiah, korban tragedi kemanusiaan Sampang, Madura, hingga kini masih bertahan di tempat pengungsian, yakni di Gedung Olahraga Wijaya Kusuma.

"Jumlah pengungsi yang tinggal di GOR berkurang dibanding sebelumnya," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sampang, Imam Sanusi, Senin (8/10).

Ia menjelaskan, sebelumnya, jumlah pengungsi Syiah korban tragedi kemanusian mencapai 282 orang.

Mereka itu dari 63 kepala keluarga (KK), terdiri dari 73 orang laki-laki, 71 orang perempuan, 52 anak laki-laki, 46 anak perempuan, 17 orang balita laki-laki dan sebanyak 19 orang balita perempuan.

"Namun data terakhir hingga Minggu (7/10) kemarin pengungsi Syiah yang tinggal di GOR Sampang hanya 193 orang saja," kata Imam Sanusi menjelaskan.

Menurut Imam, berkurangnya jumlah pengungsi yang tinggal di lokasi penampungan itu, karena sebagian diantara mereka ada yang melanjutkan pendidikan ke luar Madura, seperti Malang, Surabaya dan Pasuruan.

"Kebanyakan pengungsi yang meninggalkan lokasi pengungsian memang anak-anak usia sekolah. Ada yang mondok, tapi ada juga yang hanya sekedar melanjutkan pendidikan formal di luar Kota Sampang," imbuhnya.

Faktor pendidikan warga Syiah, diduga menjadi salah satu pemicu terjadinya penyelerangan kelompok minoritas Islam di Sampang ini oleh kelompok anti-Syiah pada tanggal 26 Agustus 2012 lalu.

Ketika itu, anak-anak warga Syiah yang hendak melanjutkan pendidikan ke luar Sampang dihadang oleh kelompok penyerang. Mereka tidak menginginkan ajaran Syiah berkembang luas di Sampang dengan alasan ajaran kelompok pimpinan Tajul Muluk ini adalah sesat.

Kepala BPBD Sampang Imam Sanusi menjelaskan, hingga kini pemkab belum menemukan soluasi guna mengatasi persoalan konflik bernuansa Sara yang menimpa kelompok Islam Syiah itu.

Beberapa kali pertemuan telah digelar, salah satunya mencarikan solusi agar warga Syiah mau mengungsi di lokasi penampungan sementara. Tapi mereka menolak dan bersikeras akan tetap kembali ke kampung halamannya di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang.

Sementara di sisi lain, tokoh ulama Sunni di Sampang tetap bersikeras menolak keberadaan Syiah.

Dalam beberapa kali pertemuan yang melibatkan tokoh-tokoh ulama Sunni dan MUI Sampang, mereka menyatakan bersedia menerima Syiah asalkan mengikuti ajaran Aswaja (ahlus sunnah wal jamaah). [ant/hta]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas