Konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes mellitus dan merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indonesia. Konsumsi rokok membunuh satu orang setiap detik. Penelitian epidemiologi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, diperkirakan terjadi 10 juta kematian di tahun 2020.
Demikian Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam sambutan yang disampaikan Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Politik Kebijakan Kesehatan, Bambang Sulistomo dalam kegiatan Seminar Pengendalian Konsumsi Rokok dan Hak atas Kesehatan, di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, disampaikan pula paparan masalah konsumsi produk tembakau terkait dengan pertimbangan kesehatan dan ekonomi masyarakat.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes drg. Murti Utami, MPH, Kamis (4/10), Menkes yang memaparkan data Global Youth Tobacco Survey (2006, 2009) menyebutkan prevalensi perokok remaja yang bersekolah usia antara 13-15 tahun telah meningkat dua kali lipat, selama kurun waktu 3 tahun terakhir, yaitu 2006 sampai 2009. Sementara itu, data Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 menunjukkan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas sangat tinggi, antara lain perokok laki-laki (67,4%) dan wanita (2,7%). Lebih lanjut, sebagian besar orang dewasa (78,4%) terpapar asap rokok dalam rumah
Selain menyebabkan gangguan kesehatan, konsumsi rokok juga menyebabkan kerugian ekonomi, baik di tingkat rumah tangga maupun di masyarakat. Di Indonesia, tiap tahunnya pemerintah mengeluarkan biaya pengobatan penyakit terkait tembakau Rp 2,11 Triliun yang terdiri dari pengeluaran rawat inap sebesar Rp 1,85 Triliun dan rawat jalan sebesar Rp 0,26 Triliun. Beberapa kasus selektif dari penyakit terkait tembakau di Indonesia antara lain Penyakit Pernapasan, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (termasuk Stroke), Neoplasma/Kanker, serta Gangguan Perinatal.
Mengutip laporan GATS (2011), kretek merupakan produk tembakau yang paling populer di Indonesia. Untuk membeli rokok kretek, rata-rata perokok mengeluarkan uang sebanyak Rp 198.761,- per bulan. Sebanyak 79,8% perokok menyatakan, membeli rokok dari kios atau warung. Merek rokok yang paling diminati masyarakat di Indonesia antara lain Gudang Garam, Djarum, Sampoerna, Dji Sam Soe dan Tali Jagad.
“Karena itu, berbasis pada bukti di seluruh dunia, jelas merokok sangat membahayakan kesehatan dan merugikan perekonomian masyarakat," kata Menkes seperti dikutip staf khusus Bidang Politik dan Kebijakan Kesehatan Bambang Sulistomo.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA