
"Saya bukan tipikal orang yang biasa menggunakan cara-cara di ranah Twitter untuk suatu pendapat, analisa, maupun komentar, apalagi yang bentuknya tidak secara jelas memakai nama atau dengan menyembunyikan identitas asli," kata Syahganda di Jakarta, Minggu (23/9).
Setiap mengungkapkan pendapat ke publik, dia menjelaskan, dirinya, kerap berbicara dalam kapasitas mewakili institusi SMC atau mengatasnamakan lembaga resmi lainnya, yang sejauh ini dikomunikasikan dalam ruang terbuka dan melalui penyampaikan di media massa umum.
"Jadi, saya selalu melakukannya dengan keterbukaan diri ke tengah khalayak, apakah itu sebuah kritik, penilaian, dan sebagainya," jelas anggota dewan pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Pusat ini.
Syahganda mengherankan tuduhan tanpa dasar itu berkembang di berbagai akun Twitter, dengan tidak mempertimbangkan latar belakang obyektivitas serta pendekatan moral dari para penyebarnya. Sebab, selain tidak pantas, penyebutan asal-asalan itu bertolak belakang dengan karakter yang dianutnya sejak dulu.
Dengan demikian, lanjutnya, segala kiprah dan kecenderungannya terhadap apapun tidak bisa dikait-kaitkan dengan keberadaan akun @Triomacan2000 tersebut. Hal itu ibarat jauh panggang dari api yang sama sekali tak pernah terhubung dalam ikatan kerjasama, termasuk membuat pengelompokan dengan akun tersebut.
"Tuduhan yang meletakkan saya dalam barisan akun anonim itu merupakan isapan jempol belaka. Dan seandainya masih ada pihak yang terus mengaitkan berarti mereka sedang mengigau di siang bolong," kata Syahganda, yang juga kandidat doktor ilmu kesejahteraan sosial Universitas Indonesia itu.
Ia menambahkan, lantaran tak begitu aktif dalam komunikasi antar pengguna Twitter, maka akun pribadinya yaitu @syahganda telah lama nonaktif, selain karena dia tidak terlalu hobi berkicau di dunia maya. [zul]
KOMENTAR ANDA