post image
KOMENTAR
Ulama dari berbagai organisasi keagamaan di Pamekasan, Madura, mendesak pemerintah menggagalkan pelaksanaan karapan sapi jika nantinya masih menggunakan pola kekerasan.

"Kecuali jika dalam pelaksanaannya tidak ada lagi praktik kekerasan. Jika tetap ada praktik kekerasan, kami sepakat untuk meminta pemerintah menggagalkan saja," kata juru bicara ulama Pamekasan KH Suaidi Humaidi, Jumat.

Ia menjelaskan, kesepakatan para ulama se-Pamekasan ini sesuai dengan hasil pertemuan yang digelar beberapa waktu lalu di aula SMK Negeri 3 Pamekasan.

Dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Silaturahiem Ulama Pesantren Madura (Bassra), NU, Muhammadiyah, SI, dan ormas Hidayatullah serta Persis itu, menegaskan bahwa penyiksaan terhadap sapi dalam bentuk apapun dilarang.

"Larangan tentang praktik penyiksaan ini tidak hanya dari sisi hukum Islam saja, akan tetapi juga dari sisi hukum positif," kata dia.

KH Suaidi yang juga ketua ormas Sarikat Islam (SI) Pamekasan itu lebih lanjut menjelaskan, kesepakatan tentang penolakan praktik penyiksaan dalam karapan sapi itu, akan disampaikan secara langsung kepada pemerintah, yakni di masing-masing pemkab di Madura.

Para ulama Pamekasan juga berharap, pemerintah tegas dalam hal pelarangan praktik penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi tingkat nasional yang akan digelar 21 Oktober 2012.

"Kami berharap pemerintah melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dulu, jauh hari sebelum kegiatan, pemerintah sudah menyosialisasikan karapan tanpa penyiksaan, sekarang sudah tinggal pelaksanaannya," kata Kiai Suaidi.

Secara terpisah Kabid Pariwisata Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan Halifaturrahman menyatakan, hingga saat ini pihaknya belum menetapkan format karapan sapi yang akan digelar pada 21 Oktober 2012.

Berdasarkan instruksi gubernur, pelaksanaan karapan sapi, memang dilarang menggunakan praktik kekerasan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Hanya saja, kata dia, sebagian pemilik karapan sapi di Pamekasan termasuk di sejumlah kabupaten lain di Madura, masih menggunakan praktik kekerasan dengan alasan karena lari sapi lebih kencang dibanding tidak menggunakan praktik penyiksaan.

Jenis penyiksaan yang biasa digunakan para pemilik sapi karapan di Madura ini antara lain dengan mamasang balsam pada mata sapi dan dubur, menggarukkan pantat sapi dengan paku. [ant/arp]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya