Setelah Antasari Azhar, kemarin, giliran Jusuf Kalla yang 'manggung'di depan Tim Pengawas Century DPR. Berbeda dengan Antasari, kesaksian bekas wapres ini cukup mengigit. Dia antara lain menyatakan bahwa Menkeu Sri Mulyani mengaku merasa ditipu dalam proses bailout Century.
Rapat Timwas Century dibagi dalam dua sesi. Pertama mendengarkan kesaksian JK, panggilan akrab Jusuf Kalla. Sesi kedua, mendengarkan kemajuan kasus ini dari Ketua KPK Abraham Samad.
JK tiba di gedung DPR sekitar pukul 9.15 pagi. Turun dari sedan Lexus hitam bernopol 1042 RFW, JK mengenakan batik coklat dan celana hitam. Ketua PMI ini didampingi lima ajudan bersafari hitam-hitam. Saya siap memberikan keterangan yang diminta DPR, ujar JK menjawab pertanyaan wartawan, sambil menuju ruang rapat Badan Musyawarah (Bamus) gedung DPR tempat digelar rapat Timwas.
Begitu JK tiba, rapat yang dipandu Wakil Ketua DPR Pramono Anung dimulai. Di depan anggota DPR, JK menyatakan bailout Bank Century pada tahun 2008 memang terkesan misterius.
Agak misteriusnya terjadi saat rapat di kantor saya. Ada gubernur Bank Indonesia Boediono. Saya dilaporkan bahwa kondisi ekonomi aman dan terkendali, jelas JK.
Rapat ini, kata JK, berlangsung pada 20 November. Selain Boediono, hadir pula Menkeu Sri Mulyani. Tapi malamnya, Boediono dan Sri Mulyani kembali menghadap JK dan melaporkan bahwa Indonesia bakal terseret krisis keuangan. Ini bisa dicegah jika bank-bank bermasalah, di antaranya Century, diberi dana talangan alias bailout. Tapi bekas ketua umum Golkar ini menyatakan tidak menyetujui hal ini. Gila ini.
"Saya marah besar kepada mereka," imbuh JK.
Meski tidak diizinkan, ternyata proses bailout jalan terus.
"Tiba-tiba saja ada keputusan dan Bank Indonesia sudah mengeluarkan dana penyelamatan Bank Century,"tegas JK. Dia merasa bertanggung jawab karena pada saat itu Presiden SBY sedang berada di luar negeri.
Karena itu, JK meminta Timwas Century mengejar Bank Indonesia, terutama mengenai dasar hukum pengeluaran dana untuk penyelamatan Century. "Apalagi, DPR juga telah menolak Perppu No 4/2008 yang sebelumnya hendak dijadikan dasar hukum bailout. Setelah itu Menkeu Sri Mulyani mengatakan telah 'ditipu' oleh BI karena telah mengeluarkan uang negara untuk selamatkan Bank Century tanpa ada dasar hukum," katanya.
Selain itu JK mengaku tidak hadir dalam rapat 9 Oktober 2008 di Istana Negara yang disebut Antasari sebagai rapat antisipasi krisis ekonomi. "Tidak semua rapat di kabinet itu saya hadir. Seperti (rapat) yang disebut Pak Antasari itu, saya tidak hadir. Memang disarankan saya tidak hadir karena itu untuk penegak hukum," kata JK. Meski tidak diundang, JK mengaku tidak mempermasalahkannya.
Yang agak menggelitik dalam panggung ini adalah muncul pemain dadakan: Ketua Fraksi Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf. Ia duduk di situ selaku anggota pengganti Timwas Century. Kehadirannya mampu mengubah suasana, pernyataannya terdengar cukup menghentak dan mengagetkan JK.
Dalam rapat itu, Nurhayati langsung menyodok JK dan mengingatkan soal persahabatannya dengan Presiden SBY tahun 2004. Ia sampaikan, yang mengusung JK sebagai cawapres tahun 2004 adalah Partai Demokrat, bukan Golkar.
"Saya ingat sekali pada 2004 persahabatan Pak JK dan SBY dimulai saat kampanye. Jadi saya yakin Bapak tidak berfikiran negatif terhadap Pak SBY karena persahabatan itu," kata Nurhayati .
Mendengar penuturan itu, JK langsung acungkan jempol sembari menyatakan terima kasihnya kepada Nurhayati.
"Terima kasih kepada Bu Nurhayati atas pernyataannya," ujarnya sambil tertawa. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA