post image
KOMENTAR
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling besar mengalami over kuota BBM bersubsidi. Angkanya mencapai 37,4 persen untuk premium dan solar 12 persen.

wilayah Jakarta Pusat, me­nga­lami over kuota paling be­sar men­­capai 52,7 persen untuk pre­mium. Kuota APBN-P 2012 Ja­karta Pusat hingga 31 Agustus 2012 se­besar 102.103 kiloliter (KL), na­mun rea­lisasi per 31 Agustus sudah men­capai 156.333 KL.

Peringkat kedua ditempati Ja­karta Utara yang telah over kuo­ta sebanyak 47,5 persen dari kuo­­ta hingga 31 Agustus 2012 sebesar 146.778 KL, namun rea­lisa­sinya mencapai 216.481 KL.

Peringkat ketiga, Jakarta Ti­mur dengan kuota 273.975 KL namun realisasi per 31 Agustus 2012 mencapai 391.474 KL. La­lu di peringkat keempat, Jakarta Barat dari kuota per 31 Agustus 2012 sebesar 207.103 KL namun rea­lisasinya 283.767 KL.

Di posisi kelima terdapat ko­dya Jakarta Selatan sebesar 23,3 persen dari kuota per 31 Agus­tus 2012 sebesar 302.476 KL namun realisasinya me­lonjak menjadi 156.333 KL. Di pe­ringkat ter­akhir Kepula­uan Seribu yang kuotanya mencapai 2.486  KL.

Direktur BBM BPH Migas Djo­ko Siswanto menjelaskan, ting­ginya over kuota BBM subsidi di DKI Jakarta dise­babkan ba­nyak­nya mobil-mobil luar Ja­karta yang membeli BBM ber­subsidi di Ja­karta pada siang hari.

“Jakarta Pusat itu pusatnya mo­bil-mobil mewah yang ma­suk da­ri luar DKI Jakarta me­nuju DKI Jakarta. Makanya, premium pa­ling mengalami over kuota di wil­ayah Jakarta Pusat,” kata Djoko.

Walaupun over kuota, kata Djo­ko, keberadaan premium dan solar akan terus dipertahankan, mengingat Jakarta adalah ibu­kota Indonesia. “Kalau sampai habis, bisa terjadi gejolak sosial,” katanya.

Menurutnya, kuota pre­mium di ibukota masih cukup un­tuk me­menuhi kebutuhan hing­ga 80 hari ke depan, meski secara teknis jatah BBM subsidi untuk Jakar­ta telah habis per Sabtu (15/9).

Tak hanya Jakarta, jatah pre­mium di empat provinsi yakni Ka­limantan Selatan, Kepulauan Riau, Kaliman­tan Barat dan Jawa Barat, juga diperkirakan akan ha­bis dalam waktu dekat. Demi me­ngantisipasi habisnya jatah BBM subsidi di Ibukota, peme­rintah telah mengkon­versi 450 ribu KL minyak tanah menjadi premium.

“Jumlah ter­s­e­but diperkirakan cukup un­tuk kon­sumsi selama 80 hari, sem­bari me­nunggu persetu­juan pe­nambahan 4 juta kiloliter yang diajukan pe­merintah, dalam hal ini Ke­menterian ESDM, ke­pada DPR,” tegas Djoko.

Kabar terbaru, DPR Senin (17/9), akhirnya menyetujui pe­nga­juan peme­rintah soal penam­bahan kuota 4 juta KL pre­mium.

Stasiun Pengi­sian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengaku adanya ke­terlam­batan pasokan BBM jenis premium belakangan ini. Keter­lam­batan pasokan premium ke SPBU sejak 1 September lalu.

“Agak lambat, belakangan ini sudah telat sehari dua hari, stok kita minim,” kata seorang peng­awas SPBU 3412512, Ragunan, Jakarta Selatan, Dede.

Akibat keterlambatan itu, SPBU-nya sempat mengalami kehabisan stok premium selama setengah hari kemarin.

Sebelumnya, pemerintah me­nyebut masyarakat Jakarta harus siap menerima kenyataan untuk tidak menggunakan BBM ber­subsidi, jika pengajuan tambahan kuota BBM bersubsidi tidak disetujui DPR.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan, masyarakat kota besar seperti Ja­karta harus siap mengkonsumsi BBM non subsidi, jika tambahan kuota BBM bersubsidi belum juga disetujui oleh DPR.

Pemerintah, tambahnya, juga mengaku belum memiliki ren­cana lain jika pengajuan tam­ba­han kuota BBM bersubdisi sebe­sar 4 juta KL tidak disetujui oleh DPR. Untung DPR akhirnya me­ngabulkan permintaan itu.

Premium Wilayah DKI Tetap Aman

PT Pertamina (Persero) tetap menyalurkan premium untuk wilayah DKI Jakarta, sambil menunggu keputusan penam­bahan kuota secara nasional yang akan dibahas oleh pe­merintah dan DPR.

Hingga Sabtu (15/9), kuota BBM subsidi jenis premium untuk Jakarta telah terserap se­besar 97,5 persen. Dengan per­mintaan rata-rata sekitar 6.000 ki­loliter (KL) per hari, kuota BBM yang tersedia masih cukup untuk se­kitar tujuh hari ke depan.

Berdasarkan hasil koordinasi antara Pertamina bersama Ditjen Migas dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Mi­gas), telah diputuskan, jika kuota premium subsidi habis, Perta­mi­na tetap diamanatkan untuk te­tap menyalurkan premi­um secara nor­mal dengan cara pengalihan se­bagian sisa kuota kerosene (minyak tanah), sambil me­nung­gu keputusan tambahan kuota yang akan segera dibahas oleh pe­merintah bersama DPR.

Vice President Corporate Co­mmunication Pertamina Ali Mun­dakir mene­gas­kan, meski kuota BBM PSO (public service obligation) makin me­nipis, stok BBM secara na­sional masih dipertahankan di level aman, yaitu sekitar 17 hari un­tuk pre­mium dan 21 hari untuk solar.

“Ketahanan stok tersebut me­rupakan kontribusi Pertamina se­bagai perusahaan negara da­lam mengamankan ketahanan energi nasional,” ujar Ali.

Pertamina, katanya, berpe­do­man pada Perpres No.15/2012 ten­tang Harga Jual Ece­ran dan Kon­sumen Pengguna Je­nis  BBM Ter­tentu da­lam pen­dis­tri­busian BBM PSO.

Mengacu pada peraturan ter­sebut, lanjutnya, Pertamina telah melakukan berbagai upaya me­mastikan BBM PSO terdistribusi dengan tepat. Seperti penerapan point of sales di Kalimantan, penggunaan GPS Tracking Sys­tem pada mobil tangki BBM, ser­ta penerapan automation system pada Terminal BBM Pertamina.

Berkaitan dengan hal ini, per­kiraan habisnya kuota BBM pada akhir September ini ter–nyata tidak terlalu mempe–ngaruhi stok ca­dangan bensin di Ja­karta. Pengawas lapangan SPBU Pramuka Raya, Agus Triogo mengatakan, diperkira–kan hingga akhir bulan ini stok premium di SPBU tem–patnya be­kerja, masih aman.

“Alhamdulillah sejak awal pom berdiri, stok selalu aman. Stok masih lancar,” tuturnya.

Hal serupa juga dialami SPBU di Jalan Ahmad Yani Jakarta Timur. Pengawas la­pa­ngan SPBU Solehan mengaku tidak bisa memastikan, apakah hingga akhir bulan stok premi­um aman. Namun, selama ini SPBU tempat Solehan bekerja, belum pernah mengalami ken–dala pasokan. “Kami di sini order setiap dua hari sekali,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]


Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi