post image
KOMENTAR
Peringatan Hari Jadi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara ke-66 yang jatuh pada 16 April lalu, mengambil hikmah dari perjuangan, jasa dan pengabdian para pahlawan asal daerah ini.

Semangat para pahlawan ini diharapkan dapat menjadi contoh positif dan teladan dalam membangun Sumut yang unggul dan berdaya saing.

Berikut adalah sejumlah pahlawan asal Sumut yang dianggap berjasa, tidak hanya untuk Sumut namun juga secara nasional.


1. Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera,
kelahiran Tanjung Pura, Langkat, 28 Februari 1911. Tengku Amir Hamzah yang wafat di Kuala Begumit, Langkat, 20 Maret 1946 ini ditetapkan sebagai pahlawan melalui Keppres No. 106/ tahun 1975 tertanggal 3 November 1975.

Tengku Amir Hamzah atau sering dipanggil Amir Hamzah terlahir sebagai putera bangsawan Kesultanan Langkat. Amir Hamzah bersekolah dan tinggal di pulau Jawa pada saat pergerakan kemerdekaan. Bersama dengan Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane ia mendirikan majalah Pujangga Baru  yang kemudian dianggap sebagai tonggak berdirinya angkatan sastrawan Pujangga Baru. Amir Hamzah selanjutnya dikenal menjadi penyair besar.

Tragis, Amir Hamzah terbunuh dalam Revolusi Sosial tahun 1946 yang melanda pesisir Sumatra bagian timur di awal-awal kemerdekaan. Revolusi Sosial adalah gerakan sosial di Sumatera oleh rakyat terhadap penguasa kesultanan Melayu. Revolusi ini dipicu oleh gerakan kaum komunis yang hendak menghapuskan sistem kerajaan dengan alasan antifeodalisme. Akibatnya terjadi mobilisasi rakyat yang berujung pada pembunuhan anggota keluarga kesultanan Melayu yang dikenal pro-Belanda.


2. Mr DR (HC) Teuku Mohammad Hasan yang lahir di Sigli,  4 April 1906 dan wafat di Jakarta, 21 september 1977. Tengku Mohammad Hasan ditetapkan sebagai pahlawan berdasarkan Keppres Nomor 085/TK/Tahun 2006 tanggal 3 November 2006.

Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur Provinsi Sumatera Pertama setelah Indonesia merdeka dengan ibukota di Medan. Selain itu pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949. Beliau juga dikenal sebagai pejuang dan perintis kemerdekaanIndonesia dengan bergabung ke organisasi Perhimpunan Indonesia bentukan Mohammad Hatta di Belanda.


3. Mayjen (Anumerta) Donald Isaac Panjaitan
yang lahir di Balige, 19 Juni 1925. Donald Isaac yang wafat di Jakarta, 1 Oktober 1965 ini ditetapkan menjadi pahlawan berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965 tertanggal 5 Oktober 1965.

Putera asli Balige, Toba Samosir ini mengawali karir sebagai anggota TKR (sekarang TNI). Beliau terbunuh pada peristiwa G 30 S tanggal 30 September 1965 kemudian dimakamkan di TMP Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965. Pada saat itu jabatan beliau adalah Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

Beliau bersama kesembilan korban G 30 S lainnya dijuluki pahlawan Revolusi. Untuk mengenang jasa-jasanya dibangun Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur.


4. Kiras Bangun (Gara Mata) yang lahir di Batu Karang, Payung, Karo, tahun 1852 dan wafat di Batu­karang, Payung, Karo, 22 Oktober 1942. Kiras Bangun ditetapkan sebagai pahlawan melalui Keppres No. 82/TK/2005 tanggal 7 November 2005.

Beliau adalah seorang ulama dari Tanah Karo yang menggalang pasukan lintas agama di Sumatera Utara dan Aceh untuk menentang penjajahan Belanda. Pasukan yang disebut pasukan Urung tersebut beberapa kali terlibat pertempuran terbuka maupun gerilya dengan Belanda di Karo. Kiras pernah dibuang ke Cipinang bersama kedua anaknya antara tahun 1919-1926. [ded]

KOMENTAR ANDA